Tuesday, August 24, 2010

cerita sentimentil tak pentinglah itu

tak sadar anak itu melihat jam tangan, sudah jam setengah 4? cepat sekali, 5 menit yang lalu baru jam 1 malam, kenapa sudah jam segini lagi? tanya anak itu pada dirinya, begitulah ayng terlalui ketika menghabiskan waktu bersama gadis itu, tak sadar kata per kata menenggelamkannya dalam lingkaran waktu yang tak ada habisnya, canda bersama, tak habis pikirku, kenapa dia mau berucap padaku? aku hanya seorang anak yang berusaha membuat orang lain tersenyum... bahkan tak pantas mungkin aku membersihkan sepatunya, dia punya banyak teman, mungkin jauh lebih elit daripada seorang diriku ini, seorang laknat yang tak sadar diri, mengaku-aku seorang manusia padahal bukan, aku bahkan tak pantas hidup, pikirnya...

tak habis pikir, temanku bilang sudah maju saja, tak mungkinlah itu pikirku, aku punya sesuatu untuk tak dilanggar, menjaga perasaan orang lain jauh lebih berharga dibandingkan menjaga perasaan diri sendiri, tak mungkin aku mau hal yang terjadi pada pohon dan bonteng juga terulang serta terjadi bagai pengulangan sejarah dalam masalah ini, ya tapikan mungkin saja dia malah tersakiti karena kau begini terus pemuda! ucap pohon, aku tak peduli, bukankah sudah salah? berbohong demi menguak suatu problema hati? sudahlah, yang aku pikir benar, adalah benar bagiku, sementara pohon, tidak sadarkah kau akan membuat kejadian yang menimpamu dulu terulang juga padaku? sadarlah kau itu!

mungkin sudah takdir, ada orang dari dunia yang sama denganku, tentu saja dia jauh lebih hebat dariku, aku kagum padanya, tentu saja bagian kemampuannya, aku harap dia dewasa saja, dia bilang jangan munafik pemuda, menyedihkan sekali sih kamu,,,ya, saya tau saya menyedihkan, ucap pemuda, berpura-pura menjadi pihak yang baik, yang merasa dewa, merasa mengatur, padahal sesungguhnya miris, hatinya tersayat, tersayat pisau sebesar gaban, walau pemuda tahu dia tidak tahu gaban itu sebesar apa, dia tau, dia akan menyesal suatu saat, saat kesabarannya habis, mungkin mulutnya akan mengatup, hatinya akan menutup, dia tidak akan bisa berpikir maupun berbicara lagi, semua akan tertutup untuknya, aku bodoh, ucapnya..

merasa dewa, merasa kuat menahan semuanya, merasa kuat menanggung beban, berusaha menjadi orang baik, padahal dia tau, dia menghancurkan hatinya sendiri perlahan-lahan dengan berlaku seperti itu, kau tahu pemuda? ucap pohon, tahu apa, sebenernya aku pikir kau idiot, kau mengambil langkah itu demi bilang, aku baik, aku berusaha membuat semuanya senang, korbankanlah diriku demi kesenangan kalian, sesungguhnya kau menyakiti dirimu dan orang lain, ucap pohon sekali lagi, IDIOT! IDIOT HAH! sudah bosan aku mendengar kata itu, kata yang aku ucapkan kepada diriku tiap siang, tiap pagi, detik, kata yang aku berusaha lupakan dan berusaha untuk tidak memikirkannya, kata penghujat, yang sudah mengedarkan maknanya ke seantero hatiku, AKU IDIOT! ucapku, maaf pohon, segimanapun kau bilang itu, aku sudah sadar! hanya aku bisa menerima itu, menerima bahwa aku seorang idiot yang tidak becus untuk hidup, mungkin hidup tak mau matipun tak mau, percuma kau panas2i aku seperti itu, aku bukan tidak tahu aku seperti itu, aku tahu pohon! aku tahu itu, yang paling tahu! sebenar-benar tahu! setahu-tahunya! sesadar-sadarnya! aku hanya pion catur pada permainanku sendiri, aku tidak menyadari, aku merasa bermain, aku tidak sadar, aku juga menjadi bidak didalamnya, budak malah, aku pion yang tersisa, mungkin rajaku sudah mati, aku sudah kalah, sudah dekelilingi oleh pasukan raja lawan, sudah tinggal menunggu ajal, dan raja itu mengulur waktu, mengulur sampai kesabaranku habis, menunggu sampai aku memohon-mohon untuk segera dipenggal, berharap mati...

yasudah jika kau berpikir seperti itu, ucap pohon... tapi ingat,,, dari sifatmu kutahu kau akan tahan, kau orang terrasional yang pernah aku kenal, kau tak akan memohon dipenggal, harga dirimu tinggi pemuda! mungkin sampai2 kau terlihat sangat irrasional karena hal itu, dan aku tahu, kau bisa menahannya, kau bisa menahan penderitaan itu, mungkin sampai kau mati, sampai kau lupa sebenernya apa tujuanmu, sampai kau lupa makna hidup, kau akan menyesal! umpatnya...

kamipun diam, sementara itu, diam2 pemuda berpikir, aku tak peduli, selama aku bisa membuatnya tersenyum, aku rela menjilati sepatunya juga, huh... persetanlah ucapan dia,, tapi terimakasih pohon, aku makin mengerti maksudmu, sehingga aku sudah bisa iya itu menyesal, mungkin penyesalan awal, kesiapan hati untuk menghadapi hal itu, kata siapa penyesalan datang diawal? aku tidak tuh, aku sudah menyesal dari sekarang, sudah mempersiapkan hati dengan bodohnya terhadap hal buruk yang akan terjadi, sehingga, aku tidak akan menyesal kelak, tidak akan ada yang aku sesali nanti, mungkin akan langsung mati, tak punya pikiran, tak punya hati, diapun terlarut dalam pikirannya dengan si gadis,,, diam2 menitikkan air mata sambil tersenyum, entah apa maksudnya

4 comments:

  1. gini, jadi sebenernya ada tiga org di cerita itu : 'aku', 'pemuda', dan 'pohon'... dan semakin lama aku mencerna cerita yg ga ada tanda petiknya ini, aku semakin mengira kalo cerita ini tentang aku dan kamu : aku yg berpegang dgn prinsipku, dan kamu yg menceramahiku untuk melihat itu dari perspektif yg berbeda, kalo ada kesalahan, kamu koreksi, oke?
    dan sebenernya siapa gadis itu??? kalo berdasarkan analisis yg baru aja aku tulis di atas, masa cewek itu 'si pembantu'??? aku ngga ngerti cerita ini, tapi setidaknya aku sudah mencoba memahaminya. Fine, dan sekarang giliran kamu yg buka kartu dan koreksi analisis aku, setuju???

    ReplyDelete
  2. WTF, itu sangat super duper penyamaran yang bagus teman,,,,
    wkwkwkwwkk...

    besok sajalah...

    ReplyDelete
  3. yohoho, terimakasih iko sudah mau blogwalking padahal ga saya publish...

    hhu, saya sudah bertekad bwat bikin cerita yang lebih bermutu dan bagus,,,

    ReplyDelete

berikanlah itu masukkan semata-mata agar saya jadi lebih baik